Maulid Nabi Di Kaliwungu,
Kaliwungu yang di kenal sebagai Kota Santri memiliki sebuah tradisi unik untuk memperingati Maulid Nabi. Tradisi yang di kenal dengan nama "Wewehan" sudah berjalan sejak dahulu yang sampai saat ini penulis belum mengetahui sejarah dari tradisi tersebut.
Wewehan berasal dari bahasa Jawa yang artinya saling memberi, tradisi ini memang intinya saling memberikan makanan kepada sesama tetangga, seluruh warga Kaliwungu akan mempersiapkan berbagai hidangan makanan tradisional yang di hidangkan di depan rumah mereka masing-masih seperti sedang berjualan. Rumah-runah mereka dihiasi berbagai lampu kelap kelip sehingga nampak seperti sedang berpesta, namun kalau dulu banyak di pasang Teng-tengan. Teng-tengan merupakan hiatan kotak lampu yang terbuat ragi rangka bambu di balut dengan kertas minyak warna-warni, teng-tengan berbentuk sangat unik ada yang berbentuk bintang, kapal, pesawat, atau bentuk lainnya yang mencerminkan kreatifitas sang pembuat.
Selepas Magrib tiba waktunya berpesta, anak-anak mulai membawa berbagai makanan mengunjungi tetangga, memberikan makanan yang mereka miliki dan menukar dengan makanan lainnya milik tetangga, jadi mirip dengan pesta Barter makanan, berbagai makanan tersaji sehingga bebas memilih apa saja yang di kehendaki. Pengalaman penulis sewaktu kecil sering bertanya ke teman yang lainnya di mana ada makanan yang enak, misalkan teman menginformasikan kalau di rumah milik Pak Raden di sediakan Bakso, nah bagi penggemar bakso akan berbondong bondong ke rumah pak Raden untuk menukar makanan mereka dengan Bakso.
Tak kalah uniknya, selain teng-tengan yang menunjukkan kreasi ada juga aneka mobil-mobilan yang di gunakan sebagai angkutan makanan mereka, biasanya di buat dari pelepah Sagu (mbulung) yang di rakit berbentuk mobil, biasanya mobil truk agar baknya dapat diisi makanan, berbagai ukuran dan bentuk yang dibuat. Nah kalau yang ini selain anak tersebut yang membuat juga di bantu orang tua mereka sehingga menjadi kreasi yang unik dan kuat. setelah wewehan selesai mereka saling menabrakkan mobil mereka untuk membuktikan milik siapa yang paling kuat.
Tradisi wewehan sangat kental di Kaliwungu, sehingga banyak tetangga kota lain ikut datang ke Kaliwungu untuk menikmati ritual itu. Namun perlu di tegaskan bahwa ritual itu hanyalah budaya bukan sebuah ritual ibadah, tetapi dari tradisi tersebut kita dapat mengambil hikmah positif, bahwa Rizki yang Allah berikan bukan sepenuhnya milik kita tapi ada sebagian yang juga menjadi hak tetangga kita yang wwajib kita bagikan. tradisi tersebut juga mengandung didikan kepada anak kecil bahwa saling memberi itu harus ditanamkan dari awal sehingga kelak sudah dewasa dapat menjadi kebiasaan untuk saling berbagi.
(Indahnya Kampung Halamanku Kaliwungu-Achmad Nur Fatoni)
Info selengkapnya klik disini
No comments:
Post a Comment